Minggu, 04 April 2010

FITRAH SEBAGAI POTENSI

FITRAH SEBAGAI POTENSI

Pada dasarnya fitrah memang merupakan potensi manusia yang sudah ada sejak lahir, bahkan sebelum dilahirkan. Pertanyaan Allah ke tiap janin dalam rahim ”Alastu birabbikum?” (Bukankah Aku ini Tuhanmu?), tiap janin tersebut menjawab ”Qolu bala sahid’na” (Betul, kami menjadi saksi) (QS 7:172) menjadi salah satu bukti tiap manusia cenderung (berpotensi) untuk bertauhid kepada Allah SWT. Sabda Rasulullah SAW bahwa tiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanya yang menjadikannya keluar dari fitrah (menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi). Fitrah manusia selalu cenderung menerima kebenaran, tidak penting dari keluarga mana dan lingkungan bagaimana ia lahir. Permasalahan selanjutnya, apakah ia akan tetap pada fitrahnya atau keluar dari fitrah tersebut. Allah SWT berfirman, ”Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori nya” (QS 91: 8-10)

PERANAN MANUSIA SEBAGAI ’ABDUN DAN KHALIFAH FIL ARD

Esensi penciptaan manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah SWT, ”Dan tidak aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS 51:56). Kata menyembah merupakan terjemahan dari lafal ’abida – ya’budu – ’ibadatun. Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendak-Nya.

Sepanjang waktu selama hidup manusia merupakan waktu untuk selalu beribadah kepada Allah SWT baik dalm bentuk ibadah mahdah (murni) maupun ibadah ghairu mahdah (umum). Mulai dari manusia bangun tidur, sampai ketika dia tidur, bahkan ketika tidur itu sendiri merupakan suatu bentuk ibadah. Jadi tugas manusia sebagai ’abdun adalah selalu mentauhidkan Allah SWT.

Selain sebagai ’abdun, manusia juga mempunyai peranan sebagai khalifah fil ard. Ada dua tugas manusia sebagai khalifah fil ard: memakmurkan bumi (al ’imarah) dan memelihara bumi dari kerusakan (ar ri’ayah).

Sebagai seorang Muslim dan hamba Allah, tentu manusia akan menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi dengan tidak melakukan terhadap alam yang telah diciptakan Allah karena Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Seperti firman Allah, ”...dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(QS 28:77)

PENGERTIAN AHKLAK MAHMUDAH, TAQWA, KHAUF, DAN IKHLAS

Akhlak mahmudah maksudnya adalah akhlak terpuji. Yaitu akhlak seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena susungguhnya Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak manusia. Yang termasuk akhlak mahmudah adalah seperti beribadah kepada Allah, mencintai Allah, mencintai makhluk karena Allah, berbuat baik dan menjauhkan diri dari perbuatan yang dibenci Allah, selalu ikhlas dalam beramal (bekerja).

Taqwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan cara mengikuti segala perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya.

Khauf yaitu perasaan takut untuk berbuat kesalahan. Perasaan ini membimbing manusia menuju Allah SWT dengan ilmu dan amal yang baik.

Ikhlas adalah melakukan segala ibadah, baik ibadah mahdah maupun ibadah ghairu mahdah, hanya karena Allah SWT, tidak menghiraukan komentar dari orang lain.

(Subhan Shabri, Nov. 09)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar